Senin, 27 Oktober 2014

Keterampilan Berbicara


A.            Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 165) berbicara adalah “bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan”. Berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Sedangkan Hariyadi dan Zamzami (Suhartono, 2005: 20) mengatakan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab didalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan,atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menurut Suhartono (2005: 21) berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Dengan demikian, berbicara itu lebih dari sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

B.            Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seharusnya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Seorang pembicara harus mampu mengevaluasi dampak dari komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu :
1.      Memberitahukan dan melaporkan ( to inform ).
2.      Menjamu dan menghibur ( to entertain ).
3.      Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan ( to persuade ).

C.                Prinsip-Prinsip Berbicara
Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara,  antara lain:
1)      Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2)      Mempergunakan suatu linguistik yang dipakai bersama.
3)      Mengakui atau menerima suatu daerah referensi umum.
4)      Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.

D.                Macam-Macam Berbicara
Berbicara sebagai salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari dilakukan oleh setiap masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial terus dijaga, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih (kelompok). Biasanya komunikasi antara kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Diskusi dapat dibedakan menjdi beberapa macam, yaitu :
1.      Seminar
      Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu hal.
2.      Sarasehan/Simposium
      Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
3.      Lokakarya/Sanggar Kerja
      Pertemuan yang membahas suatu karya.
4.      Santiaji
      Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjalang pelaksanaan kegiatan.
5.      Muktamar
      Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
6.      Konferensi
      Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
7.      Diskusi Panel
      Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
8.      Diskusi Kelompok
      Penyelesaian masalah dengan melibat kan kelompok-kelompok kecil.
b.      Percakapan
      Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih dalam membangun komunikasi. Berdasarkan sifatnya percakapan dibagi menjadi :
1.      Percakapan yang bersifat interaktif membutuhkan kontribusi percakapan yakni respon reaksi terhadap apa yang sebelumnya telah dikatakan.
2.      Percakapan yang bersifat spontan merupakan percakapan yang biasa tanpa aturan tetapi dilakukan sampai batas tertentu dan dalam beberapa cara tak terduga. Namun, terdapat ruang lingkup spontanitas yang mengharuskan mengkuti aturan demi tujuan kebijaksanaan, misalnya talk show atau perdebatan.
3.      Percakapan mengikuti aturan etika karena percakapan adalah interaksi sosial dan karena bergantung pada konvensi sosial. Maka percakapan pun harus mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan seperti tidak saling sindir menyindir, konten percakapan yang bersifat SARA, adu domba dan lain-lain yang dapat mengganggu percakapan tersebut.
c.       Pidato
      Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran atau gagasan atau gambaran kepada pendengar yang disampaikan dalam situasi formal ataupun non formal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.
d.      Ceramah
      Ceramah adalah kelompok bicara satu arah dimana pembicara mengemukakan gagasannya pada pihak lain dan tidak membutuhkan reaksi sesaat didalam wujud bicara yang berbentuk tanggapan atau respon.
e.       Wawancara
      Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

E.            Aspek Berbicara
Dalam berbicara ada faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pembicara dan pendengar. Kedua faktor tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara. Di bawah ini kedua faktor tersebut akan dibahas satu-persatu.
1.      Pembicara
Pembicara adalah salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya kegiatan berbicara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk melakukan kegiatannya, yaitu:
a)      Pokok Pembicaraan
Isi atau pesan yang menjadi pokok pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini.
·         Pokok pembicaraan harus bermanfaat bagi pendengar baik berupa informasi maupun pengetahuan.
·         Pokok pembicaraan sebaiknya telah diketahui oleh pembicara dan bahan untuk memperluas pembicaraan tersebut juga sudah diketahui.
·         Pokok pembicaraan harus menarik untuk dibahas baik oleh pembicara maupun bagi pendengar.
·         Pokok pembicaraan sebaiknya sesuai dengan daya tangkap pendengar yaitu tidak melebihi daya intelektual pendengar atau sebaliknya.
b)      Bahasa
Bagi pembicara, bahasa merupakan suatu alat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembicara mutlak harus menguasai faktor kebahasaan. Di samping itu, pembicara juga harus menguasai faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain sebagai berikut:
1)      Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi.
2)      Penempatan Tekanan, Nada, Jeda, Intonasi dan Ritme.
3)      Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, Konkret, dan bervariasi.
·         Faktor Nonkebahasaan
Faktor-faktor nonkebahasaan mencakup antara lain:
1)      Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
2)      Pandangan diarahkan kepada lawan bicara.
3)      Kesediaan menghargai pendapat orang lain.
4)      Kesediaan mengoreksi diri sendiri.
5)      Keberanian mengemukakan dan mempertahankan pendapat.
6)      Gerak – gerik dan mimik yang tepat.
7)      Kenyaringan suara.
8)      Kelancaran.
9)      Penalaran dan relevansi.
10)  Penguasaan topik.

F.             Manfaat Kemampuan Berbicara
Beberapa manfaat yang bisa dirasakan langsung jika seseorang mampu atau terampil berbicara, diantaranya sebagai berikut:
a)      Memperlancar Komunikasi antar Sesama
Komunikasi antar manusia terbanyak dilakukan dengan lisan atau melalui berbicara. oleh karena itu, secara mendasar bahwa kemampuan berbicara menduduki peranan penting dalam komunikasi antar sesama. Seseorang yang pandai berbicara dengan baik, maka dengan sendirinya ia akan meperoleh kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
b)      Mempermudah Pemberian Berbagai Informasi
Ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan melalui lisan dari seseorang kepada yang lain sangat bergantung pada mutu dan kejelasan pembicaraan pemberi informasi. Oleh karena itu, orang yang mampu berbicara dengan baik kemungkinan besar dapat menyampaikan informasi secara tepat dan cepat kepada lawan bicaranya.
c)      Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pembicara yang baik biasanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Pembicara dengan mantap mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya kepada orang lain, tanpa disertai keraguan. Pembicara yang baik lebih percaya diri dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pembicara yang baik juga mengandung pengertian bahwa yang bersangkutan memilki ketegasan dalam menyampaikan sesuatu, tetapi bukan berarti ia menunjukkan kekakuan.
d)     Meningkatkan Kewibawaan Diri
Pembicara yang baik memilki kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, secara langsung akan dapat meningkatkan kewibawaan dirinya pada saat di tampil sebagai pembicara, sekaligus dimungkinkan kewibawaan itu akan menyatu atau berpengaruh terhadap keberadaan dirinya secara utuh.
e)      Mempertinggi Dukungan Publik atau Masyarakat
Tidak diragukan lagi seorang yang memiliki kemampuan berbicara yang baik atau katakanlah seseorang yang disebut sebagai oratoar akan lebih mudah mendapat simpati dan dukungan dari publik atau masnyarakat. Biasanya masnyarakat akan lebih mudah atau tertarik untuk memberi dukungan kepada seseorang yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan mereka.
f)       Menjadi Penunjang Meraih Profesi dan Pekerjaan
Banyak profesi atau lapangan pekerjaan yang memerlukan kemampuan berbicara. orang yang ingin menjadi guru atau dosen juga harus dilatarbelakangi kemampuan berbicara yang memadai. Sebab, pekerjaan atau profesi sebagai guru atau dosen, sehari harinya banyak berhadapan dengan mirid atau mehasiswanya. Interaksi antar keduanya tentu lebih banyak disaranai dengan kegiatan berbicara. guru atau dosen berkualitas hendaknya juga mampu berbicaradi depan peserta didiknya dengan baik. Ia harus mampumenje;askan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada murid atau mahasiswanya.
g)      Meningkatkan Mutu Profesi dan Pekerjaan
Kemampuan berbicara tidak sekedar bermanfaat untuk memperoleh profesi dan pekerjaan, sekaligus dapat meningkatan mutu profesi dan pekerjaan yang diemban seseorang.

G.           Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Lainnya
Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan erat dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.
a)      Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
b)      Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
c)      Hubungan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.